joglokayu.com

Jiwa Filosofi Jawa : Mendalami Filosofi Arsitektur Jawa.

Lebih dari sekadar kayu dan sambungan, setiap rumah tradisional Jawa yang kami bangun adalah perwujudan dari kearifan lokal dan filosofi hidup yang mengakar kuat pada budaya. Di halaman ini, kami mengajak Anda menelusuri makna mendalam yang mengalir dalam setiap elemen arsitektur Joglo, Limasan, dan Panggung.

Prinsip Dasar yang Kami Pegang.

Kami berpegang pada konsep fundamental keselarasan antara manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana versi Jawa atau pandangan kosmologis Jawa), manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam semesta. Dalam arsitektur, ini tercermin pada upaya menciptakan ruang yang seimbang (mikrokosmos) yang merefleksikan keseimbangan di alam (makrokosmos). Harmoni dengan alam dicapai melalui pemilihan material alami seperti kayu, serta desain yang memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Atap (Joglo)

Atap Joglo yang ikonik, sering digambarkan menyerupai gunung (Tajug Loro berarti dua gunung), melambangkan tempat yang tinggi dan sakral, bahkan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya dewa atau simbol kedekatan dengan Yang Maha Kuasa. Struktur atap yang bertingkat juga merefleksikan hierarki sosial dan spiritual.

Soko Guru (Joglo)

Empat tiang utama di tengah rumah Joglo, Soko Guru, adalah fondasi spiritual dan kekuatan bangunan. Mereka melambangkan empat penjuru mata angin dan diyakini memberikan perlindungan serta kekuatan bagi penghuninya.

Rumah Joglo by Joglo Kayu

Tumpang Sari / Peni

Susunan kayu rumit di bawah atap utama, Tumpang Sari atau Peni, adalah mahakarya keahlian tukang kayu dan juga sarat makna. Kerumitan dan ornamennya seringkali mencerminkan status sosial, namun lebih dalam lagi, ia adalah simbol penopang kehidupan dan keselarasan struktur makrokosmos dan mikrokosmos.

Tata Ruang

Penataan ruang tradisional seperti Pendopo (ruang depan terbuka untuk publik dan interaksi), Pringgitan (area transisi/pertunjukan), dan Omah Ndalem (ruang pribadi keluarga) merefleksikan pandangan hidup Jawa tentang keterbukaan, transisi kehidupan, dan privasi keluarga. Tata letak ini menciptakan alur kehidupan dalam rumah.

Ukiran

Ukiran-ukiran tradisional pada kayu bukan sekadar hiasan, melainkan memiliki makna simbolis (misal: motif tumbuhan melambangkan kehidupan dan ketentraman) yang menjadi doa dan harapan baik bagi penghuninya.